Minggu, 22 Juli 2012

UNTUKMU GUS DUR


Sampai saat ini, tak ada tokoh Indonesia yang mampu meneteskan air mataku berulang kali ketika ia pergi meninggalkan kita untuk selama-lamanya, kecuali KH. Abdurrahman Wahid. Air mata itu sudah mulai bercucuran disaat ia sakit dan di bopong menuju ke RSCM kemaren. Bukan karena saya warga NU, bukan pula karena ia mantan presiden, juga bukan karena aku pernah menulis tentangnya (skripsi), tetapi semata-mata karena sosoknya yang tak tergantikan dalam; membela kelompok minoritas, membela pluralisme, pejuang demokrasi, dan keberaniannya untuk tidak tunduk kepada otoritarianisme. Ia bukan saja intelektual di belakang meja, bukan pula kritikus ulung di media massa, tapi pelaku atas gagasan-gagasannya.
LANGKAHNYA LEBIH NYATA DARI KATA-KATANYA.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar